Minggu ini, Metro Files akan menayangkan kisah seorang Taipan yang namanya masih tetap di ingat dan peninggalannya masih bisa dinikmati oleh masyaraka

Tjong A Fie, seorang anak rantau dari Tiongkok yang berhasil menjadi Taipan di Deli, Sumatera Timur. Usia 18 tahun, ia meninggalkan kampung halamannya dan sampai di Deli pada tahun 1880. Karena kerja kerasnya, Tjong A Fie berhasil menjadi seorang Taipan yang sukses. Kemasyuran namanya tidak hanya dikenal di Deli, tapi juga hingga Singapore, Penang, dan Cina. Perusahaanya mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan sehingga ia dinobatkan menjadi salah satu orang terkaya di Sumatera.

Tjong A Fie terkenal sebagai seorang pengusaha yang sangat dermawan dan berjasa bagi pembangunan kota Medan. Pada masanya ia dianggap tokoh multikulturalisme. Ia banyak menyumbang untuk berbagai kepentingan berbagai etnis dan agama yang terdapat di Medan. Pembangun mesjid, kuil Budha, Hindu dan kepentingan umumnya.

Selain pengusaha, ia juga seorang kapiten Tionghoa dan anggota Dewan Kota yang berjuang untuk penghapusan Poenale Sanctie ( hukuman bagi para koeli perkebunan ) dan becak manusia karena dinilai melanggar hak asasi manusia. Tanggal 21 Februari 1921, Tjong A Fie meninggal dunia. Kematiannya diratapi oleh berbagai etnis dan agama di Medan. Setelah Tjong A Fie meninggal, belum muncul lagi seorang tokoh Tionghoa di Medan yang bisa menjembatani berbagai etnis.