Febriana, Si Nekat, Jembatan Barelang

Febriana Simbolon saat dirawat di RS CMC.

Bawa tas cokelat berisi Alkitab dan kosmetik.

Kenekatan itu berlangsung dengan begitu cepat. Di keriuhan wisatawan yang Kamis pagi kemarin memadati badan Jembatan I Barelang, Febriana Simbolon dengan bercucur air mata melompati pagar jembatan; meletakkan sebentar tas coklat berisi Alkitab di pinggir jembatan; untuk kemudian meloncat terjun ke lautan.
“Sambil lari saya teriak-teriak, jangan, jangan, jangan..(bunuh diri),” cerita Ropilwan Siregar, ketika ditemui siang kemarin di tempatnya berjualan. Pedagang jagung bakar yang berjualan di lokasi jembatan itu mengaku, dari awal ia memperhatikan gerak-gerik wanita warga Dapur 12 yang dianggap aneh.

Tapi teriakan mencegah wanita paruh baya itu terlambat. Atau tepatnya tak digubris Febriana. Gadis berkulit sawo matang ini tetap dengan kenekatannya. Gjebur... sedetik kemudian, terdenger suara sesuatu yang jatuh ke air terdengar begitu keras. Tubuh wanita berusia 25 tahun itu mendarat di lautan bawah jembatan. Puluhan wisatawan gelagapan. Saling berebut pandang, melihat ke bawah untuk memastikan apa hasil dari kenekatan Febriana. Tak terkecuali Ropilwan yang terus saja berlari dan menjerit ke arah Febriana.
Untuk sesaat, semua berdebar. Ketika tubuh Febriana tertelan air dan tak kelihatan. Sebelum kemudian, beberapa nelayan yang kebetulan melewati bawah jembatan, menghentikan pompong dan segera menolong karyawati PT Amtec tersebut.
Beruntung beberapa saat kemudian, tubuh Febriana berhasil ditemukan. “Langsung dibawa ke tepi terus kami lapor ke Ditpam,” kenang Ropilwan.
Sekejap, suara gaduh itu beralih ke Pos Direktorat Pengamanan (Ditpam) Jembatan I Barelang. “Pak ada yang terjun dari Jembatan I. Tolong pak, tolong, tolong...,” laporan seorang warga masuk ke telinga Syupri dan Suharman, anggota Ditpam yang ketika itu berjaga itu pos. Bergegas kedua anggota Ditpam itu meluncur menggunakan mobil patroli ke lokasi jatuhnya Febriana. Kedua anggota Ditpam itu kemudian bergegas menolong beberapa nelayan berpancung dan warga yang sebelumnya sudah lebih dulu bertungkus lumus menyelamatkan Febriana. “Mulutnya masih berbusa. Langsung saja kami bawa ke rumah sakit (CMC),” cerita Syupri. Rekan Syupri, Suherman, menambahkan: “Kondisinya hamil sekitar empat atau lima bulan.”
Sempat diberikan pertolongan pertama, tapi kondisi Febriana kritis. Beruntung, nyawa wanita yang menikah Desember lalu terselamatkan. “Cairan banyak di bagian paru-paru,” ungkap dr Meilga Edward, dokter Cassa Medical Center (CMC) yang merawat Febriana, sambil menunjukkan hasil rontgen. “Tapi, akan kita pastikan lagi apakah memang cairan (air laut) ataukah karena memang ada penyakit (paru-paru). Kondisinya juga masih sesak,” tambah Meilga.
Dari pemeriksaan sementara, Febriana juga menderita sakit pada tubuh bagian belakang. “Ada indikasi kejanggalan tulang di bagian belakang pinggang dan seputar punggungnya. Kita masih pastikan lagi melalui dokter penyakit dalam,” papar Meilga.

Terus Meronta
Siang kemarin sekitar pukul 11.00 WIB, Febriana masih terbujur lemah di atas brankar RS CMC. Tangan kanannya tertancap jarum infus. Selang dari tabung oksigen membantu pernafasan istri Sandro Purba itu.
Bibir, tangan, dan hampir seluruh tubuh wanita kelahiran 8 Oktober 1984 itu gemetaran. Nafasnya ngos-ngosan, seperti kedinginan. Kondisi Febriana, belum pulih benar setelah sejam sebelumnya berusaha bunuh diri dengan menerjunkan diri ke laut di jembatan I Barelang.
Meski kondisinya lemah, Febriana masih sadar. Wanita yang belum dikaruniai anak itu masih bisa menjawab pertanyaan dokter dan perawat. Meski hanya sepatah kata dan sering meracau. “Mau mati saja aku. Sesak nafasku,” bibir Febriana terus gemetar ketika mengucapkan kalimat, menjawab pertanyaan perawat yang menanyakan di bagian mana sakit yang dirasakannya.
Beberapa kali juga Febriana meronta. Seolah, istri buruh bangunan itu hendak mengulangi usahanya untuk mengakhiri hidup. “Habis dipukuli, cekcok,” jawab Febriana sekenanya, “nggak tahan lagi aku.”
Pihak polisi, melalui Kepala Poltabes Barelang, Ajun Komisaris Besar Leonidas Braksan, memastikan kenekatan Febriana untuk mengakhiri hidup dengan meloncat Jembatan I Barelang. “Benar, tapi dapat diselamatkan,” tegas Leonidas dalam SMS-nya ke POSMETRO.
Leo mengemukakan, pihaknya telah mengorek kesaksian tiga anggota Ditpam OB yang bertugas di Pos Jembatan I Barelang. Ketiganya adalah Suherman, Dedi Miharja, dan Syupri. “Barang-bukti yang berhasil ditemukan, yakni sebuah tas warna cokelat berisi Alkitab, dompet, KTP, dan kosmetik,” urai Leo.
Sementara, penelusuran POSMETRO di alamat yang tertera di KTP Febriana di RT 01/ RW 06 Kampungbaru Indosat Seiharapan, tidak ditemukan wanita yang bernama Febriana Simbolon.
Ragam Sibarani (43), ketua RT 01/RW 06, memastikan tidak adanya warga yang bernama Febriana. Ragam memperkirakan, KTP Febriana kemungkinan KTP "tembak".
Memang, tambah Ragam, ada nama warganya yang bermarga sama. Namanya Elida Simbolon, istri dari Stefi. Tapi keduanya sudah lama pindah dari wilayah RT yang dipimpinnya." Kita sudah cek berulang kali tapi tidak ada nama itu" ucap Ragam, kemarin.
(fuad hr/kau/cr3/cr2/cr4)

POSMETRO/ARRAZI ADITYA