BIODATA PENULIS DAN BONUS TULISAN I Kalau kebetulan tema tulisan sesuai dengan jurusan dan/jabatan kita

Setelah tulisan selesai, jangan lupa menuliskan biodata anda.Biodata penulis biasanya harus berkaitan dengan tema tulisan dan isinya singkat. Kalau kebetulan tema tulisan sesuai dengan jurusan dan/jabatan kita, maka jurusan/jabatan bisa digunakan sebagai biodata. Contoh, Sdr. Purwono, Medan, menulis artikel seputar sastra, maka biodatanya bisa dua macam (a) Dosen Fakultas Sastra UISU, Medan; atau (b) Pembantu Dekan I, UISU, Medan (jabatan ini dapat juga dipakai sebagai biodata tulisan yang berkaitan dengan dunia pendidikan secara umum).

Akan tetapi kalau tulisan kita berkaitan dengan masalah yang tidak ada hubungannya dengan jurusan kita, maka dapat menggunakan biodata yang berkaitan dengan tulisan tsb. Contoh, Tasar Karimuddin yang jurusan ilmu politik menulis seputar agama, maka biodata bisa ditulis sebagai berikut: Penulis adalah Khatib KBRI New Delhi, atau Staf Litbang PPI-India, dst. Intinya, biodata bukan soal yang sulit. Ia dapat fleksibel, sesuai kebutuhan dan tema tulisan yang kita buat.

Bonus

Apakah tulisan yang dimuat ada honornya? Tentu ada. Namun, honor tulisan lebih pantas disebut bonus mengingat jumlahnya tidak begitu besar, bahkan sangat kecil untuk koran daerah, kalau diingat bahwa diperlukan painstaking effort untuk riset bahan, dan lain-lain. Apresiasi intelektual memang masih sangat kurang di negara kita dibanding di negara maju. Termasuk dalam hal ini honor/gaji dosen (PNS atau swasta), misalnya, yang kalah jauh dengan penghasilan tukang bengkel atau pemilik toko.

Namun demikian, dibanding di India, honor tulisan di kita terbilang lumayan. Di the Jakarta Post (artikel bahasa Inggris), misalnya, tulisan yang dimuat bernilai Rp.750.000. Sedang di Kompas dan Jawa Pos, masing-masing Rp.450.000 dan Rp. 500.000. Ketiga koran ini adalah yang terbesar honornya. Sedangkan koran nasional lain seperti Media Indonesia, Suara Pembaruan, Suara Karya, dan lain-lain dan koran daerah di Jawa rata-rata Rp.300.000. Sementara untuk koran daerah luar jawa berkisar antara Rp.50.000 sampai 200.000.

Menulis memang hendaknya tidak diniatkan untuk mengharapkan honor (baca, untuk cari duit). Karena kalau ini yang jadi tujuan, banyak aktivitas non-intelektual lain yang dapat menghasilkan jumlah lebih besar, walaupun kalau tulisan kita dimuat secara teratur dua kali saja dalam sebulan bisa melebihi gaji dosen. Menulis, seperti yang pernah saya singgung sebelumnya, bertujuan utama untuk (a) membangun kredibilitas intelektual dan gelar yang kita sandang; (b) menyebarkan ide yang kita miliki ke kalangan yang lebih luas; (c) ikut mewarnai dunia wacana nasional yang akan punya pengaruh langsung pada pembangungan masa depan Indonesia dan (d) membentuk citra baik almamater, institusi dan jabatan yang kita sandang.

Sekali lagi saya ingin mengulangi dan menekankan bahwa belajar menulis, terutama bagi pemula, adalah DENGAN MENULIS APA YANG MAU KITA TULIS. TIDAK PERLU BELAJAR TEORI. Dan kirimkan tulisan tsb. ke media. Idealnya, sebelum dikirim tulisan kita diperiksakan dulu pada rekan atau dosen anda yang biasa menulis. Kalau tidak ada, langsung saja dikirim. Jangan lupa, usahakan setiap hari membaca rubrik: headlines, editorial dan artikel opini koran yang anda baca. Soal nonteknis yang tak kalah pentingnya untuk produktifitas menulis adalah BE RESILIENT AND HUMBLE (tidak mudah putus asa untuk terus mencoba kalau tulisan tidak dimuat dan tetap rendah hati ketika tulisan dimuat). (Mario Gagho)