Usai menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Batam, Abun, kembali digiring ke sel tahanan sementara. Wajahnya tetap terlihat santai persis sebelum sidang dengan agenda putusan yang kemudian ditunda itu dimulai. Jalan pria berusia 41 tahun itu tetap saja tegap. Abun kembali dimasukkan ke ruang sel tahanan sementara.
Ruang tahanan yang panas, membuat pria dengan rambut penuh uban itu terpaksa melepas bajunya. Namun tak lama, Abun kembali mengenakan kemeja putihnya ketika POSMETRO mengajaknya bincang-bincang.
27 September 2008 silam, menjadi hari kelam bagi Abun. Pasalnya pada hari itulah ia diamankan polisi dan mendekam di sel tahanan karena tuduhan kepemilikan barang haram, ekstasi. Penangkapan ayah lima anak hanya lantaran diaku kawan oleh Klo Putra dan Budiansyah, yang sudah ditangkap polisi sebelumnya. Klo Putra dan Budiansyah, tertangkap polisi pada saat transaksi ekstasi 11 butir.
Sejak saat itulah pria yang tinggal di Aviari, Batuaji, itu mulai menjalani hidupnya di balik jeruji besi. Kebebasan dan kenikmatan yang dirasakannya saat berada di alam bebas, tak lagi didapatnya ketika berada di hotel prodeo itu. Tapi, Abun tak pernah merengek karena alasan tak lagi mendapatkan kenikmatan seperti ketika dirinya berada di luar. “Tak masalah sudah biasa,” katanya dengan mata menatap sayu.
Bincang-bincang santai itu berubah hening. Abun mendadak terdiam. Kepalanya menunduk. Sorot matanya menatap tajam ke bawah, kosong. Ternyata Abun teringat kembali memori tentang istrinya.
Meski dengan suara terdengar seolah berat terucapkan, toh Abun akhirnya menceritakan naas yang menimpa istrinya 27 April 2009 silam. Setelah mengantar anaknya sekolah, istrinya menjadi korban tabrak lari di kawasan Batuaji, yang akhirnya pada tanggal itu juga, istrinya pergi untuk selamanya. “Saya di penjara sedih. Saya cuma dikasi beberapa jam lihat istri saya (meninggal),” Abun tak sanggup menahan air matanya.
Suasana kembali hening, senyap. Kepala Abun yang tadinya mendongak saat cerita, kembali pelan tertunduk. Kedua tangannya berkali-kali mengusap air yang terus keluar dari kedua matanya. Tanggal 27, akhirnya menjadi tanggal terkelam dalam hidup Abun.
“Saya ditangkap tanggal 27 (September 2008). Istri saya ditabrak orang (tak dikenal) tanggal 27 (April 2009) juga,” ucap Abun. Meski kembali mengusap air mata, Abun tampak berusaha tegar.
Selain peristiwa yang menimpa istrinya yang membuatnya gundah gulana, sedih tiada terkira di penjara, rasa rindu kepada kelima anaknya juga membuat Abun selalu diliputi gelisah di penjara. “Saya mau ketemu anak-anak,” air mata pria itu semakin deras.
Terakhir, Abun berharap dirinya segera bebas (dibebaskan) lantaran merasa tak bersalah.
“Tak, saya tak pernah pakai gitu-gituan (Narkoba). Sama sekali tak pernah,” tegas Abun sembari mengulang ucapannya yang kangen dengan kelima anaknya.(for)